BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia berupa penglaman,
pemikiran, perasaan gagasan, semangat, keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang membangkitkan
pesona melalui alat-alat berupa bahasa (Sumarno dan Saini, 1991:3).
Pernyataan di atas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya
sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan sarana, gagasan dan pemikiran
sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia/pembaca.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu menghasilkan
kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri
bersama karya sastra tersebut dan mendapatkan kepuasan karenanya. Karya sastra
yang merupakan elemen penting untuk membangun watak insan. Dengan adanya bahasa
dalam suatu karya sastra dapat mendorong pembacanya untuk menjiwai nilai-nilai
kerohanian, kemanusiaan dan kebudayaan.
Salah satu contoh karya sastra yang dapat dijadikan sebagai media untuk
mengekspresikan diri adalah cerpen. Cerpen adalah cerita yang berbentuk proses
yang relative pendek dan lebih sering disebut cerpen.
Perkembangan kesusastraan Bali juga tidak kalah menarik. Novel Nemoe
Karma (Ketemu Jodoh) karya I Wayan Gobiah yang diterbitkan oleh Balai Pustaka
tahun 1931 selalu disebut-sebut sebagai tonggak kelahiran sastra Bali modern. Perkembangan sastra Bali modern sejak awal kelahirannya sampai
perkembangan mutakhir tahun 2000-an. Ternyata pada dekade 1920 hingga 1920-an
sudah muncul banyak cerita pendek berbahasa Bali hasil karya para guru yang
dicetak oleh penerbit kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan akan buku
pelajaran sekolah-sekolah dasar di Bali. Cerpen-cerpen itulah yang mesti diakui
pula sebagai tonggak awal lahirnya sastra Bali modern. Dari kemunculan novel
Nemoe Karma tersebut, munculah novel-novel lainnya hingga saat ini.
Selai novel, kesusastraan Bali modern yang
berkembang saat ini adalah cerita pendek (cerpen). Saat ini sudah banyak
cerpen-cerpen yangikut meramaikan kesusastraan Bali modern. Cerpen-cerpen
tersebut dapat dijumpai dalam majalah-majalah Hindu maupun
koran-koran mingguan. Salah satu cerita pendek tersebut adalah Dewan Togel.
Novel ini dimuat dalam koran Bali Post Minggu, 31 Oktober
2010 dan pengarangnya adalah I Made Sugianto.
Sebagai sebuah karangan fiksi, cerpen ini diceritakan secara mengesankan oleh
pengarangnya. Terbukti dengan bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut
menggunakan bahasa Bali umum sehingga mudah disimak maupun dipahami isinya oleh
pembaca.
Selain dari segi bahasa,
yang menarik dari cerpen ini adalah judulnya yang bisa mentafsirkan banyak
arti. Jika diartikan dalam bahasa bahasa Bali, Dewan togel ini bisa berarti
dewanya togel atau dalam arti sebenarnya rajanya togel. Sedangkan jika
diartikan dalam bahasa Indonesia Dewan Togel bisa berarti berhubungan dengan
politik anggota dewan yang mengurusi togel atau pekerjaannya mengkhusus di
bidang togel, sehingga dilihat dari judul cerpennya cerpen ini tergolong unik.
Tidak hanya dalam hal bahasa saja, isi dari cerpen
ini mencerminkan kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan aspek
social-budaya masyarakat, serta adanya aspek agama atau religius yang terdapat
di dalamnya yang dikemas secara unik oleh pengarangnya.
Dengan adanya aspek-aspek tersebut maka dengan
mudah cerpen ini dapat dianalisis oleh pembacanya mengingat cerpen yang
dikarang tersebut dibuat berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat pada
umumnya dan masyarakat Bali khususnya.
1.2. Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam analisis ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah struktur cerpen Dewan Togel?
b. Aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam cerpen
Dewan Togel?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas secara umum dapat diuraikan bahwa cerpen sebagai salah satu bentuk karya sastra
diharapkan memunculkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya,
sehingga pembaca peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial
dan mendorong untuk berperilaku yang baik. Cerpen dapat dijadikan sebagai bahan renungan untuk mencari pengalaman karena
cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan, pendidikan, serta pesan moral.
Pengalaman batin dalam sebuah cerpen dapat memperkaya kehidupan batin
penikmatnya.
Secara khusus tujuan analisis cerpen yang
berjudul Dewan Togel ini adalah:
a.
Untuk menggambarkan struktur cerpen Dewan Togel
kepada pembaca.
b.
Untuk
menganalisis sosiologi cerpen Dewan Togel berdasarkan tinjauan sosiologi
sastra.
BAB II
TINJAUAN STRUKTUR CERPEN DEWAN TOGEL
Strukturalisme merupakan sebuah
pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang terbangun
dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya secara
totalitas dan otonom. Struktur berarti tata hubungan antara bagian-bagian suatu
karya sastra atau kebulatan karya itu sendiri. Karya sastra bersifat otonom, artinya
karya sastra terbangun atas unsur-unsur di dalam karya sastra itu sendiri tanpa
pengaruh dari unsur-unsur luarnya. Totalitas berarti unsur-unsur yang saling berkaitan
menjadi sebuah kesatuan dan tunduk pada kaidah sistem karya sastra
(Nurgiantoro, 2007: 36).
Strukturalisme sastra adalah pendekatan
yang menekankan pada unsur-unsur di dalam (segi intrinsik) karya sastra. Tujuan
analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secermat, semendetail, serta
semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna secara menyeluruh (Teeuw, 1991:
61). Sebuah karya sastra merupakan totalitas suatu keseluruhan yang bersifat artistik.
Sebuah totalitas yang terdapat dalam karya sastra mempunyai unsur-unsur yang
saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan.
Analisis struktural karya sastra menurut Nurgiantoro (2007: 37) dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi dan
mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra, seperti
peristiwa-peristiwa, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan lainnya.
2.
Menjelaskan bagaimana
fungsi masing-masing unsur tersebut dalam menunjang makna keseluruhan karya
sastra.
3.
Menghubungkan
antarunsur tersebut sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas
kemaknaan yang padu.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, analisis struktural cerpen Dewan Togel karya I
Made Sugianto akan difokuskan pada sinopsis, insiden, analisis, alur, penokohan,
latar, tema dan amanat. Masing-masinguraian tersebut adalah sebagai berikut:
2.1. Sinopsis
Diceritakan seorang laki-laki
yang benama Nak Molog. Pekerjaannya sehari-hari hanya duduk santai sambil mengutak-atik
angka mistik yang disebut togel. Pekerjaan ini digelutinya dikarenakan
penghasilan yang didapatkan jika
berhasil menebak angka dengan benar lumayan besar dan bahkan melebihi modalnya,
namun sayang Nang Molog tidak pernah mendapatkan hasil dari pekerjaannya
tersebut.
Semenjak mengenal togel, Nak
Molog menjadi malas bekerja, bahkan
kelakuannya seperti anak SD yang baru belajar menghitung. Parahnya lagi Nak
molog percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal. Misalnya ada kotoran cicak
jatuh di kepalanya, itu dikatakan kode dari alam sehingga jika diperhatikan
tingkahnya seperti orang yang sedang bingung.
Karena tingkahnya yang
seperti itu, istriya selalu menyinggungnya. Bahkan sering marah-marah.
Bagaimana tidak, sawahnya yang biasanya dijadikan sebagai mata pencaharian
dijual sebagai modal untuk memasang togel. Bukannya Nang Molog menjadi sadar
setelah dinasihati oleh istrinya, tetapi semakin parah. Istrinya diusir dari
rumah.
Sejak ditinggal istrinya,
Nang Molog menjadi kebingungan. Segala
sesuatu yang biasanya disiapkan oleh istrinya sekarang tidak ada lagi. Yang
dimiliki pak Molog saat ini hanya uang Rp. 5000,00 yang nantinya akan
digunakannya untuk memasang togel. Pergilah Nang Molog ke warung tempat dimana
Ia bisa membeli sesuatu untuk perutnya. Di warung kecil itu Nang Molog
bertengkar dengan pemilik warung. Nang Molog ingin bon lagi di warung tersebut
namun tidak diizinkan karena hutang Nang Molog yang sebelumnya belum dibayar. Dan terus menumpuk. Atas
saran yang lebih tidak masuk akal dari penjaga warung tersebut, Nang Molog
segera membayar makanan yang dibelinya. Pada akhirnya Nang Molog pergi ke tempat
yang bernama pura Prajapati untuk meminta nomor togel.
2.2. Insiden
Sukada
(1987:58-59) mengatakan bahwa insiden adalah kejadian atau peristiwa yang
terkandung di dalam cerita, besar atau kecil yang secara keseluruhan menjadi
kerangka yang membangun atau membentuk struktur cerita. Unsure yang dapat
digunakan untuk mengujinya ialah plot(alur). Itulah sebabnya dalam sistematik
tersebut di atas, insiden mendapat tempat pertama. Ada dua macam insiden yaitu:
a.
Insiden
pokok yang mengandung ide-ide pokok cerita yang menjuruskan kesimpulan cerita
kepada adanya plot.
b.
Insiden
sampingan yaitu insiden yang menyimpang dari sebab-akibat yang logis, yang
mengandung ide-ide sampingan, dan karena itu menjurus atau tidak menunjang
adanya plot.
Menurut Luxemburg (1989:150-154), menyatakan bahwa insiden adalah
peralihan dari keadaan yang satu kepada keadaan yang lain. Peristiwa dalam
sebuah cerita, mengacu pada pertumbuhan plot. Seleksi itu dikelompokkna dalam:
a.
Peristiwa
fungsional yaitu peristiwa-peristiwa yang secara menentukan mempengaruhi
perkembangan plot.
b.
Peristiwa
kaitan yaitu peristiwa kecil yang mengaitkan peristiwa utama.
c.
Peritiwa
acuan yang tidak langsung mempengaruhi perkembangan plot, insiden ini mengacu
pada perkembangan unsure yang lain.
d.
Hubungan
antara peristiwa yaitu pengaturan kelompok-kelompok peristiwa atau episode yang
ditemukan kemudia disaring agar didapatkan suatu peristiwa pokok.
Sasukat muduhin ngrumus togél,
sewai dingeh tiang Nang Molog mauyutan ajak kurenanné. Kabenengan tiang
mapisaga ngajak Nang Molog. Ané sanget dadi biuta, pamekasné manut tuturné Mén
Molog, ban bikas kurenanné ané kiul magarapan ka carik. Pragat natakin jagut di
kamar tamiu tur seleg ngrumus ngajak timpal-timpalné ané patuh paturu ngalih
kasugihan ulian ipian. Sujatinné Nang Molog ajak timpal-timpalné tusing taén
ngukup. Nomorné setata maimpas.
Terjemahannya:
sejak
menggilai rumus togel, setiap hari saya dengar Nang Molog ribut dengan istrinya.
Kebetulan saya bertetangga dengan Nang Molog. Yang sangat menjadi masalah, kata
Men Molog, karena perilaku suaminya yang malas bekerja ke sawah. Hanya bertopang
dagu di ruang tamu sambil serius merumus dengan teman-temannya yang sama
mencari kekayaan dari mimpi.
Sebenarnya Nang Molog dan teman-temannya tidak pernah beruntung. Nomornya
selalu berlawanan.
Kutipan
di atas menggambarkan awal munculnya insiden adalah ketika togel ini mulai
menyebar dan masuk dalam lingkungan masyarakat. Nang Molog yang biasanya
bersawah kini jadi asik merumus togel. Insiden ini merupakan insiden pertama
yang akan memunculkan indisen-insiden lainnya. Misalnya saja akibat adanya togel
ini Nang Molog sering bertengkar dengan istrinya. Setelah insiden tersebut
kemudian datang kembali insiden kedua misalnya:
“Diolas
Luh, bang ja icang nganggeh. Bli tuah ngaba pipis limang tali rupiah. Yén né
anggon bli mabayahan, nyanan bli tusing ngidang masang togél. Petengé jani bli
pasti ngukup. Bli ngelah nomor jitu ulian ngipi rauhin leluhur,” pangidih Nang
Molog tekén dagangé.
Terjemahannya:
“minta
tolong Luh, berikan saya hutang dulu. Bli hanya membawa uang lima ribu rupiah.
Kalau ini dipakai Bli bayar, nanti Bli tidak bisa memasang togel. Malam nanti
Bli pasti menang. Bli punya nomor jitu karena mimpi didatangi leluhur,” pinta
Nang Molog kepada dagangnya.
Uraian
di atas dapat dipastikan merupakan suatu peristiwa kecil yang merupakan dapat
dikaitkan dengan cerita utama. Dari insiden inilah mincul insiden terakhir
yaitu datangnya Nang Molog ke tempat angker bernama setra Gandamayu
2.3. Alur (Plot)
Alur adalah penceritaan
rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk
merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus
menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus
dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan
cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya.
Alur dalam cerita kadang
sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita
bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah
dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur.
Alur bisa dengan jalan
progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.
Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak
dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap
awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran flash back
(sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back
mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut
diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking)
yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur adalah
sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya
mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan
mengapa hal itu terjadi, dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah
sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini
lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu mempunyai pula
bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian dan
akhir.
Dilihat dari jalannya cerita
yang terdapat dalam cerpen Dewan Togel, pengarang mengawali ceritanya dengan
perkenalan tokoh, berlanjut pada konflik dan akhir cerita. Jadi cerpen Dewan
togel ini bisa dipastikan meggunakan alur maju. Pada cerpen tersebut dijelaskan gambaran-gambaran alur
yang digunakan misalnya:
“Mekadang
iban nyainé. Luh liunan munyi. Buktiang mani nah, déwan togélé kal mabéla pati
ngajak bli. Buin mani bli dadi anak sugih ulian liu ngukup togél. Sesanginé beli
lakar buin ngantén apang iluh tetep balu maimbuh sing payu. Mulihang iban
nyainé, kurenan tusing mendukung geginan somah. Mekad!” Nang Molog cegik-cegik
nundung kurenanné.
Semengan
mara bangun Nang Molog marasa kéweh. Biasané kopi lan nasi bubuh anggon
panyemeng suba sadia. Né jani kasurya, mamuyung, tusing ada apa.
Terjemahannya:
“pergi kamu. Wanita banyakan ngomong. Buktikan
besok. Dewan Togelnya akan membela mati pada Bli. Besok Bli jadi orang kaya karena
dapat togel. Nazarnya, Beli akan menikah lagi agar kamu tetap jadi janda
ditambah tidak laku. Pulang kamu, istri tidak mendukung pekerjaan suami.
Pergi!” Nang Molog kasar-kasar mengusir istrinya.
Pagi-pagi baru bangun Nang Molog merasa kesulitan.
Biasanya kopi dan bubur yang dipakai sarapan sudah siap. Hari sudah semakin siang,
kosong, tidak ada apa.
Dari penggalan cerita di atas
tampak jelas bahwa setelah Nang Molog Mengusir istrinya, Ia merasa kebingungan.
Keesokan hari sepeninggal istrinya sudah tidak ada lagi yang menyiapkan sarapan
untuknya.
Selain penggalan cerpen di atas, alur maju
juga dijumpai pada penggalan cerpen pada paragraph lainnya. Seperti:
Surya
sampun surub ring pakolemané. Sanja kagentos peteng. Nang Molog mataki-taki
jagi nangkil ka Pura Prajapati. Nangkil ring sang nuénang sétra pacang nunas
nomer jitu. Kabenengan nuju tilem ngaé guminé srebi. Yadiastun peteng, Nang
Molog tusing makirig nyang atapak. Ia tetep majalan nuluh peteng. Sawatara
majalan suba duang kilo, neked ia di tongos ané katuju. Sétra Gandamayu, Désa
Pakraman Buung Kalah.
Terjemahannya:
Matahari sudah tenggelan. Sore telah berganti
malam. Nang Molog bersiap-siap akan nangkil
ke pura Prajapati. Nangkil kepada
penunggu kuburan akan meminta nomor jitu.
Kebetulan hari tilem, membuat bumi gelap. Walau malam Nang Molog tidak
bergeser walau sejengkal. Ia tetap berjalan menyusuri malam. Kira-kira sudah berjalan dua kilo,
sampailah Ia di tempat yang ditujunya. Setra
Gandamayu. Desa Buung Kalah.
Penggalan cerita diatas
Nampak jelas bahwa setelah matahari tenggelam, Nang Molog pergi ke Setra
Gandamayu untuk meminta nomor jitu pada penunggu kuburan yang ada di desanya.
Cerita ini dimulai dengan
pengenalan tokoh utama yang bernama Nang Molog dengan hobinya yang suka bermain
togel. Kemudian cerita beralih pada timbulnya konflik yaitu adanya togel itu
sendiri di lingkungan rumah tangga Nang Molog. Kemudian gara-gara munculnya
togel, rusaklah rumah tangga Nang Molog dengan diusirnya Men Molog dari rumah.
Tahap ini merupakan puncak konflik dalam cerita Dewan Togel. Setelah itu pada tahap akhir diceritakan Nang
molog pergi ke tempat yang bernama Setra
Gandamayu untuk meminta nomor jitu seperti yang disarankan oleh
tetangganya. Demikianlah alur yang terdapat dalam cerita Dewan Togel.
2.4. Tokoh dan Penokohan
Jones dan Nurghiantoro
mengemukakan bahwa penokohan adalah gambaran jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (1998:165). Penokohan karakter adalah bagaimana
cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita
rekaannya (Esten, 1994).
Tokoh dalam cerpen bisa
banyak, tetapi berperan sebagai tokoh utama biasanya tidak lebih dari dua
orang. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas keberadaan tokoh utamanya. Tokoh
utama biasanya menjadi sentral cerita baik antagonis maupun protagonist.
Menurut Sumardjo dan Saini
melukiskan watak tokoh dari cerita dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Melalui perbuatannya, terutama
sekali bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi kritis.
b.
Melalui ucapan-ucapannya.
c.
Melalui gambaran fisiknya.
d.
Melalui keterangan langsung yang
digambarkan oleh pengarangnya.
Penyajian watak dan tokoh
serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-masing dengan
kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan
mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang
menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifat-sifat tokoh itu.
Dalam cerpen Dewan Togel
ini ada beberapa tokoh yang mendukung cerita tersebut. Tokoh-tokoh tersebut
antara lain:
a.
Nang Molog
Pada cerita ini Nang Molog
adalah tokoh utama yang merupakan pusat cerita. Nang Molog termasuk ke dalam
tokoh antagonist.
Wataknya keras, susah dinasihati, kasar, dan suka berjudi. Watak-watak tersebut
dapat dilihat dari perbuatan dan ucapa-ucapannya dalam dialog. Gambaran yang dapat diuraikan dalam cerpen
tersebut antara lain:
Yén
étang-étang uli ilu, liu suba pipisné Nang Molog telah anggona ngulurin kita.
Memotoh, meceki muah kiu-kiu. Né janian, ia demen ngutak-ngatik angka mistik.
Masang buntut. Raos janiné toto gelap, kasingkat togél. Kenehné kadaut masang
buntut sawiréh ukupanné gedé. Masang siu rupiah, yén tembus duang angka maan
ukupan nem dasa tali rupiah. Tembus telung angka, maan ukupan telung atus séket
tali rupiah. Tembus petang angka, maan ukupan duang yuta limang atus tali
rupiah.
Terjemahan:
Jika dipilah-pilah dari dulu, banyak sudah
uangnya Nang Molog habis digunakan untuk menyenangkan diri. Sabung ayam, berjudi dan bermain kartu. Sekarang,
Ia suka negutak-atik angka mistik. Memasang buntut.
Istilah sekarang toto gelap, disingkat togel. Rasa tertarik memasang togel
karena hasilnya besar. Memasang seribu rupiah, jika benar dua angka dapat hasil
enam puluh ribu rupiah. Tembus tiga angka, dapat hasil tiga ratus lima puluh ribu
rupiah. Tembus empat angka, dapat hasil dua juta lima ratus ribu rupiah.
Paragraph di atas
menggambarkan watak Nang Molog yang suka berjudi. Judi yang akhir-akhir ini
digelutinya disebut togel.
“Mendepan bungut nyainé. Jeg cara céngcéng kebés mepeta. Yén nyai suba
sing suka ngajak bli, megedi nya uli dini. Bli sing jejeh cerai, nu liu ada nak
balu ngugu bli!” Nang Molog mamanes nyautin munyin kurenanné.
Terjemahannya:
“diam!
Seperti cengceng kebes ngomong. Kalau
kamu sudah tidak suka denganku, pergi kamu dari sini. Bli tidak takut cerai,
masih banyak janda yang percaya sama Bli!”
Nang Molog memanas menjawab kata-kata istrinya
Dari kutipan di atas jelas
digambarkan bahwa Nang Molog wataknya keras,
tidak bisa dikasi tahu atau susah dinasihati. Ia juga suka berkata-kata
kasar kepada istrinya.
b.
Men Molog
Pada cerpen ini, Men Molog
berperan sebagai tokoh sekunder yang membantu mempertegas keberadaan tokoh
utama. Dalam cerita ini watak Men Molog mulanya digambarkan dengan wanita yang penuh kesabaran dan selalu menasihati suaminya. Namun karena tidak
pernah dihiraukan serta dihiraukan,dan bahkan dibentak-bentak hilanglah
kesabaran Men Molog. Penggambaran watak Men Molog ini dilukiskan
dari ucapannya pada dialog sebagai berikut:
“Bli, SD gén tusing tamat, jeg
masé masebeng duwug ngrumus. Cén buktiné ukupan beliné. Kudang pipis suba telah
anggon ngulurang sang kita. Cén sekaya uli memotoh, ba mabukti pragat nelahang.
Carik suba ilang, pabeliné pragat punduhang cukong togélé. Sadar Bli. Suwud
memotoh. Kadén suba orina ajak Pak Mangku Pastika, mamotoh ento melanggar pasal
303. Nyanan bisa mapenjara, Bli!”
Terjemahan:
“Bli, SD
saja tidak tamat, kok bertampang pintar main rumus. Mana bukti pendapatan Bli?
Sudah berapa uang yang habis dipakai mengisi keinginan Bli?
Mana hasil dari berjudi? Sudah terbukti selalu menghabiskan. Sawah sudah
hilang, hasil jualnya dikumpulkan cukong togel. Sadar Bli! Berhenti berjudi.
Kan sudah diberi tahu oleh pak Mangku Pastika. Berjudi itu melanggar pasal 303.
Nanti bisa dipenjara Bli!”
Kutipan di atas jelas
digambarkan watak Men Molog yang sabar
menghadapi suaminya yang menjadi malas bekerja karena sibuk merumus
togel.
c.
Luh Jembung
Luh Jembung dalam cerpen ini merupakan tokoh
pembantu yang
melengkapi cerita. Sebagai
pedagang, watak Luh Jembung cukup penyabar.
d. Celuluk Bergolo
Cerluluk Bergolo
merupakan tokoh akhir yang diceritakan dalam cerpen Dewan togel. Wataknya suka
menggoda dan sedikit humoris.
“Wong édan. Jlema buduh. Mai nagih nomer,
sinah ba keliru. Tlektekang jep!” Raosné Celuluk Bergolo sinambi ngusud sirahné
sané tan parambut.
“Napi tlektekang tiang, Ratu?”
“Né tolih tendas ingongé, nganti sing misi
bulu, kedas lengar ulian ngrumus togél, patuh masé tusing taén ngukup. Ingong
masé strés sing taén ngukup!”
Terjemahannya:
“wong edan. Orang gila.
Kesini minta nomor, sudah pasti keliru. Coba perhatikan ini!” kata Celuluk
Bergolo sambil mengelus kepalanya yang tak berambut.
“apa yang harus saya
perhatikan, Ratu?”
“Lihat kepalaku, sampai
botak tak beisi bulu, bersih botak karena merumus togel, sama juga tidak pernah
menang. Aku juga stress tidak pernah menang!”
Watak celuluk bergolo yang humoris jelas terlihat saat Ia berusaha
meyakinkan Nang Molog bahwa dirinya mempunyai nasib yang sama dengannya.
2.5. Latar
Latar atau
setting mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan hubungan social
tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar bukan hanya menunjukkan
tempat, tetapi juga menggambarkan waktu tertentu. Menurut Kenney dan
Sudjiman, latar meliputi penggambaran
geografis, termasuk tofograpi pemandangan, sampai pada perlengkapan sebuah
ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari tokoh-tokoh, waktu terjadinya
kejadian, sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, dan emosional
para tokoh.
Fungsi
latar adalah memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya, merupakan
proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar kaitannya dengan unsure lain sebagai
penokohan. Gambaran latar yang tepat bisa menggambarkan watak tokoh. Latar dan
unsure-unsur lain saling berkaitan dan melengkapi agar bisa menampilkan cerita
yang utuh.
Kemunculan
latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh.
Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk
menunjukkan kehadirannya.
Latar dalam
cerpen “Dewan Togel” meliputi aspek waktu, ruang dan suasana.
a.
Waktu
Dalam cerpen Dewan Togel menggunakan
istilah waktu dalam latar ceritanya seperti yang diuraikan dalam kutipan
berikut ini:
Semengan mara bangun Nang
Molog marasa kéweh. Biasané kopi lan nasi bubuh anggon panyemeng suba sadia. Né
jani kasurya, mamuyung, tusing ada apa.
Terjemahannya:
Pagi-pagi baru bangun Nang Molog merasa kesulitan. Biasanya kopi dan
bubur yang dipakai sarapan sudah siap. Hari sudah semakin siang, kosong, tidak
ada apa.
Kutipan
di atas jelas sekali menerangkan tentang waktu yaitu pagi-pagi saat Nang Molog
baru bangun dari tidurnya sampai pada siang hari perutnya belum terisi sesuatu
yang bisa dimakan.
Surya sampun surub ring pakolemané. Sanja kagentos
peteng. Nang Molog mataki-taki jagi nangkil ka Pura Prajapati. Nangkil ring
sang nuénang sétra pacang nunas nomer jitu. Kabenengan nuju tilem ngaé guminé
srebi. Yadiastun peteng, Nang Molog tusing makirig nyang atapak. Ia tetep
majalan nuluh peteng.
Terjemahannya:
Matahari sudah tenggelan. Sore
telah berganti malam. Nang Molog bersiap-siap akan nangkil ke pura Prajapati. Nangkil
kepada penunggu kuburan akan meminta nomor jitu. Kebetulan hari tilem, membuat bumi gelap.
Walaupun malam Nang Molog tidak bergeser walau sejengkal. Ia tetap berjalan
menusuru malam.
Pada paragraph tersebut juga terdapat latar waktu yang dijabarkan oleh
pengarangnya yaitu pada saat matahari mulai tenggelam. Saat sore berganti malam
Nang Molog menjalankan niatnya yang sudah matang tanpa takut dengan kegelapan
malam.
b.
Tempat
Dalam cerpen dewan Togel, ada
beberapa tempat yang digunakan sebagai latarnya misalnya di ruang tamu, bale daja, di warung, dan pura
Prajapati. Lebih jelasnya, latar tempat yang digunakan dalam cerita Dewan Togel
ini adalah sebagai berikut:
Sasukat muduhin
ngrumus togél, sewai dingeh tiang Nang Molog mauyutan ajak kurenanné.
Kabenengan tiang mapisaga ngajak Nang Molog. Ané sanget dadi biuta, pamekasné
manut tuturné Mén Molog, ban bikas kurenanné ané kiul magarapan ka carik.
Pragat natakin jagut di kamar tamiu tur seleg ngrumus ngajak timpal-timpalné
ané patuh paturu ngalih kasugihan ulian ipian.
Terjemahannya:
Sejak menggilai rumus
togel, setiap hari saya dengar Nang Molog rebut dengan istrinya. Kebetulan saya
bertetangga dengan Nang Molog. Yang sangat menjadi masalah, kata Men Molog,
karena perilaku suaminya yang malas bekerja ke sawah. Hanya bertopang dagu di
ruang tamu sambil serius merumus dengan teman-temannya yang sama mencari
kekayaan dari mimpi.
Dapat dilihat bahwa latar tempat yang diambil adalah di ruang tamu
bersama teman-temannya yang sama suka togel.
Mén Molog ané man munyi pesak-pesak uli muaninné ngabrés ngambul. Yéh
paninggalané macécéh ngamengmeng naanang sebet. Malaib ka balé daja, munduhang
panganggo. Tusing buin makeloné Mén Molog magedi uli jumah muaninné.
Terjemahannya:
Men
Molog yang mendapat kata-kata kasar dari suaminya menjadi merajuk. Air matanya
berlinang berkunang-kunang menahan sakit. Lari ke bale daja, mengumpulkan pakaian. Tidak lama setelahnya Men Molog
pergi dari rumah suaminya.
Dari uraian di atas dapat dipastikan bahwa latar tempat yang digunakn
dalam kutipan cerpen di atas adalah di
bale daja.
Mabekel limang tali rupiah, ia laut ngojog warung Luh Jembung. Di
warung, ia laut mesen kopi, roko lan bubuh atékor. Disubané suud madaran, Nang
Molog maekin dagangé tur kemik-kemik.
Terjemahannya:
Berbekal
lima ribu rupiah, Ia lalu pergi ke warung Luh Jembung. Di warung. Ia lalu
memesan kopi, rokok dan bubur. Setelah selesai makan, Nang Molog mendekati
dagangnya dan berbisik.
Kutipan diatas dengan
jelas menjelaskan bahwa latar tempat yang dipakai adalah di warung Luh Jembung
setelah Ia ditinggal oleh istrinya.
Sawatara
majalan suba duang kilo, neked ia di tongos ané katuju. Sétra Gandamayu, Désa
Pakraman Buung Kalah.
Nang Molog gagéson mesuang asep. Mesuang canang sari. Suba suwud
ngenyit dupa, ia lantas negak masila di arep Pura Prajapati. Nganutin tata titi
panca sembah. Paling simalu asana, nglantur pranayama, puja Tri Sandhya rumaris
mabhakti. Risampun wusan mabhakti nglanturang yoga semadhi.
Terjemahannya:
Kira-kira sudah berjalan dua kilo, sampailah
Ia di tempat yang dituju. Setra Gandamayu. Desa Buung Kalah.
Nang Molog cepat-cepat
mengeluarkan dupa, mengeluarkan canang sari. Setelah itu menyalakan dupa. Lalu
Ia duduk bersila di depan pura Prajapati. Mengikuti tata cara panca sembah paling pertama asana, selanjtnya pranayanama, puja tri sandhya
lalu sembahyang. Setelah selesai sembahyang melanjutkan dengan yoga semadhi
Kutipan di atas dengan jelas memaparkan bahwa latar tempat yang diambil
adalah di pura Prajapati yang terletak di desa Buung Kalah. Jadi secara
keseluruhan latar tempat yang diambil benama desa Buung Kalah. Demikian latar
tempat yang terdapat dalam cerpen Dewan togel
c.
Suasana
Suasana yang digambarkan dalam
cerpen Dewan Togel ini adalah suasana yang menegangkan. Ketegangan yang pertama
saat Nang Molog dan Istrinya bertengkar
setelah itu suasana menegangkan yang kedua terjadi saat Nang Molog bertemu
dengan Celuluk Bergolo di pura
Prajapati tempatnya bersemedi. Berikut ini merupakan gambaran suasana
menegangkan yang terdapat dalan cerpen tersebut:
“Men tusing precaya megedi
nyai uli dini. Mekad! Nyeb cang nepukin nyai lebian munyi. Lan uli jani
tentuang idupé pedidi. Cang sing nyeh cerai ngajak nyai. Nu liu nak ngugu bli,
nak bajang muang nak balu makejang nu dot ngajak bli. Med cang masomahan ngajak
nyai ané suba péyot. Jemak panganggoné, megedi!”
Terjemahannya:
“kalau tidak percaya pergi kamu dari sini.
Pergi! Muak saya melihat kamu banyakan omong. Mulai sekarang tentukan hidup
sendiri-sendiri. Saya tidak takut cerai dengan kamu. Masih banyak yang mempercayai Bli, orang
remaja dan orang janda semua masih ingin dengan Bli. Bosan aku beristrikan kamu
yang sudah peot. Ambil pakaiannya. Pergi!”
Dari kutipan di atas dapat diketahui
bahwa suasana menegangkan sedang terjadi diantara Nang Molog dengan Istrinya.
Nang Molog yang sedang marah mengusir istrinya dari rumah yang menyebabkan
suasana di rumah mereka menjadi kurang baik. Suasana menegangkan juga terjadi
saat-saat terakhir misalnya:
Tondén limang menit, Nang
Molog tangkejut. Di arepné malejer Celuluk, réncang Ida Bhatari Dhurga.
“Manusa, apa kal alih mai
mameteng buina magagapan laklak pikang?” Celuluk punika matakén.
“Nawegang, sira iring tiang
mabaosan? Uleng tiang jagi mabaosan ngiring ida sasuhunan
sané malingga malinggih, maparahyangan driki ring Pura Prajapati. Men sapa sira
ragané ngoda tapa semadhin tiang?” Nang Molog ngwanénang déwék matakon.
Terjemahannya:
Belum lima menit, Nang Molog
terkejut. Di depannya berdiri Celuluk, anak
buah Bhatari Dhurga.
“Manusia, apa yang kamu cari kemari
malam-malam apalagi membawa laklak
pikang?” celuluk itu bertanya.
“Maaf, dengan siapa saya berbicara?
Rencananya saya ingin berbicara kepada sasuhunan
yang menguasai tempat ini di pura Prajapati. Lalu, siapa anda yang menggoda
tapa semedi saya?” Nang Molog memberanikan diri bertanya.
Dari percakapan di atas juga terlihat
suasana yang menegangkan dimana saat Nang Molog bertapa, datanglah penunggu
pura Prajapati yang diketahui berwajah seram. Nang Molog pun memberanikan diri
bertanya kepada celuluk yang
menggodanya itu. Demikianlah latar suasana yang dapat dilukiskan dalam cerpen
tersebut.
2.6. Tema
Sumardjo dan Saini
mengemukakan definisi tema adalah ide dari sebuah cerita (1996 :56). Kedudukan
tema dalam suatu cerpen sangat penting. Tema merupakan inti cerita yang
mengikat keseluruhan unsure-unsure intrinsik. Kehadiran unsure-unsure seperti
alur, latar, penokohan dan lain-lain adalah sebagai pendukung tema.
Untuk mendapatkan memahani suatu cerpen,
pembaca terlebih dahulu menentukan unsure intrinsik lainnya karena pengarang
jarang sekali mengungkapkan tema secara langsung dalam cerita. Terkadang tema
dapat dianalisis dari dialog para tokoh, pemikiran dan perasaan-perasaan
kejadian dan dn latar cerita untuk mempertegas tema.
Dari uraian di atas. Tema yang diangkat dalam
cerpen Dewan Togel adalah tema social-buadaya. Hal ini dapat dilihat dari uraian berikut:
Sasukat
muduhin ngrumus togél, sewai dingeh tiang Nang Molog mauyutan ajak kurenanné.
Kabenengan tiang mapisaga ngajak Nang Molog. Ané sanget dadi biuta, pamekasné
manut tuturné Mén Molog, ban bikas kurenanné ané kiul magarapan ka carik.
Pragat natakin jagut di kamar tamiu tur seleg ngrumus ngajak timpal-timpalné
ané patuh paturu ngalih kasugihan ulian ipian. Sujatinné Nang Molog ajak timpal-timpalné tusing taén
ngukup. Nomorné setata maimpas.
Terjemahannya:
Sejak menggilai rumus
togel, setiap hari saya dengar Nang Molog ribut dengan istrinya. Kebetulan saya bertetangga
dengan Nang Molog. Yang sangat menjadi masalah, kata Men Molog, karena perilaku
suaminya yang malas bekerja ke sawah. Hanya bertopang dagu di ruang tamu sambil
serius merumus dengan teman-temannya yang sama mencari kekayaan dari mimpi. Sebenarnya Nang Molog dan teman-temannya tidak
pernah beruntung. Nomornya selalu berlawanan.
Dari
penjelasan di atas dapat dibuktikan bahwa tema yang digunakan dalam cerpen
Dewan Togel ini adalah social budaya. Hal ini dikarenakan dalam tema ini
menyangkut tentang kebersamaan yang dilakukan sesama penjudi togel yang selalu
saling mempengaruhi dalam setiap kegiatan yang meraka lakukan. Misalnya saling
bertukar pikiran tentang angka-angka yang akan keluar nantinya, menebak
syair-syair dan lain sebagainya. Selain itu budaya judi secara tidak langsung
menyebar di lingkungan kehidupan masyarakat Nang Molog. Demikian tema yang
diambil dalam cerpen Dewan Togel.
2.7. Amanat
Amanat
adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca.
Akhir permasalah yang timbul dalam sebuah cerita, keduanya disebut amanat. Di dalam sebuah
cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh
pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang
mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi
pokok persoalan itu. Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu
dimaksudkan untuk memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat
pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan
amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginan pengarang untuk
menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Dewan
Togel karya I Made Sugianto adalah tidak ada kekayaan yang dihasilkan dari judi. Judi
bukannya membawa kenikmatan melainkan penderitaan yang secara perlahan
menggerogoti kekayaan yang dimiliki.
Amanat pokok/utama ini kemudian diperjelas atau
diuraikan dalam ceritanya. Akibatnya muncullah amanat-amanat lain yang
mempertegas amanat utama itu. Amanat-amanat yang dimaksud itu contohnya:
“Bli,
SD gén tusing tamat, jeg masé masebeng duwug ngrumus. Cén buktiné ukupan
beliné. Kudang pipis suba telah anggon ngulurang sang kita. Cén sekaya uli
memotoh, ba mabukti pragat nelahang. Carik suba ilang, pabeliné pragat
punduhang cukong togélé. Sadar Bli. Suwud memotoh. Kadén suba orina ajak Pak
Mangku Pastika, mamotoh ento melanggar pasal 303. Nyanan bisa mapenjara, Bli!”
Terjemahan:
“Bli, SD saja tidak tamat, kok bertampang
pintar main rumus. Mana bukti pendapatan Bli? Sudah berapa uang yang sudah habis
pake mengisi keinginan Bli? Mana hasil dari berjudi? Sudah terbukti selalu
menghabiskan. Sawah sudah hilang, hasil jualnya dikumpulkan cukong togel. Sadar
Bli! Berhenti berjudi. Kan sudah diberi tahu oleh pak Mangku Pastika. Berjudi
itu melanggar pasal 303. Nanti bisa dipenjara Bli!”
Pesan
atau amanat yang disampaikan oleh pengarang pada kutipan di atas adalah judi
itu melanggar undang-undang. Selain itu judi tidak pernah mendapatkan
keuntungan, melainkan hanya menghabiskan kekayaan sedikit demi sedikit.
Demikian amanat yang disampaikan pengarang baik secara langsung maupun tidak
langsng dari cerpen tersebut.
BAB III
ANALISIS CERPEN DEWAN TOGEL
BERDASARKAN SOSIOLOGI SASTRA
Sosiologi sastra merupakan suatu
ilmu interdisipliner (lintasdisiplin), antara sosiologi dan ilmu sastra. Pada
mulanya baik dalam konteks sosiologi maupun ilmu sastra, sosiologi sastra
merupakan suatu disiplin ilmu yang agak terabaikan. Ada kemungkinan penyebabnya
karena objek penelitiannya yang diangap unik dan eksklusif. Di samping itu,
secara historis memang sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu yang relatif
baru berbeda dengan sosiologi pendidikan yang sudah dikenal lebih dulu.
Beranjak dari etimologi sosiologi adalah berasal dari kata sosio atau society
yang bermakna masyarakat dan logi atau logos yang artinya
ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang
kehidupan masyarakat (Saraswati, 2003: 1 - 2).
Dalam hubungan antara karya sastra
dengan kenyataan, Teeuw (1988:228) menjelaskan bahwa karya sastra lahir dari
peneladanan terhadap kenyataan, tetapi sekaligus juga model kenyataan. Bukan
hanya satra yang meniru kenyataan, tetapi sering kali juga terjadi sebuah norma
keindahan yang diakui masyarakat
tertentu yang terungkap dalam karya seni, yang kemudian dipakai sebagai
tolok ukur untuk menyataan.
Kajian sosiologi karya sastra memiliki
kecenderungan untuk tidak melihat karya sastra sebagai suatu keseluruhan,
tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur sosiobudaya yang ada di dalam karya
sastra. Kajian hanya mendasarkan pada isi cerita, tanpa mempersoalkan struktur
karya sastra. Oleh karena itu, menurut Junus (1986:3-5), sosiologi karya sastra
yang melihat karya sastra sebagai dokumen sosial budaya ditandai oleh:
a.
unsur (isi/cerita) dalam karya
diambil terlepas dari hubungannya dengan unsur lain. Unsur tersebut secara
langsung dihubungkan dengan suatu unsur sosiobudaya karena karya itu hanya
memindahkan unsur itu ke dalam dirinya.
b.
Pendekatan ini dapat mengambil
citra tentang sesuatu, misalnya tentang perempuan, lelaki, orang asing,
tradisi, dunia modern, dan lain-lain, dalam suatu karya sastra atau dalam
beberapa karya yang mungkin dilihat dalam perspektif perkembangan.
c.
Pendekatan ini dapat
mengambil motif atau tema yang terdapat
dalam karya sastra dalam hubungannya dengan kenyataan di luar karya
sastra.
3.1.
Aspek Agama
Dari sudut sosiologi, agama
adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang
percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar
dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang
dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau
pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial
tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung
datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata tersebut
mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau
memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan
masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama
adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan
agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya. Dengan itu,
semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian, pujian, tarian,
mantra, dan lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika
manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan
kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang
berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-ajaran]
dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon dan perubahan
sosio-kultural masyarakat.
Istilah religiusitas berasal dari bahasa
Latin yaitu religare
yang berarti
mengikat, religio
berarti ikatan dan
pengikatan diri kepada Tuhan atau lebih tepat manusia menerima ikatan Tuhan
sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Djojosantoso, 1991: 3). Mangunwijaya (1982:
54-55) mengatakan bahwa religiositas adalah konsep keagamaan yang menyebabkan
manusia bersikap religius.
Religius merupakan bagian dari
kebudayaan dan sistem dari suatu agama yang satu dengan agama yang lain
memiliki sistem religi yang berbeda. Religius merupakan wujud seseorang berdoa
untuk yakin dan percaya kepada Tuhan sehingga keadaan emosi mengalami ketenangan
dan kedamaian. Keterkaitan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman
dan kebahagiaan dengan melakukan tindakan sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama dalam
argumentasi rasional tentang arti dan
hakikat kehidupan, tentang kebesaran Tuhan dalam arti mutlak, dan kebesaran
manusia dalam arti relatif selaku makhluk. Dalam sebuah pengantar bukunya,
Nurcholis Madjid (1997) mengatakan bahwa setiap manusia memiliki naluri
religiusitas naluri untuk berkepercayaan. Naluri itu muncul bersamaan dengan
hasrat memperoleh kejelasan tentang hidup dan alam raya menjadi lingkungan
hidup itu sendiri.
Karena setiap manusia pasti memiliki
keinsafan apa yang dianggap “makna hidup”. Makna hidup yang hakiki dan sejati
itu ada. Agama sebagai
system keyakinan menyediakan konsep tentang hakikat tentang makna hidup itu,
tetapi ia tidak terdapat pada segi-segi formal atau bentuk lahiriah keagamaan.
Ia berada di baliknya. Berdasarkan hal itu formalitas harus “ditembus”,
batasbatas lahiriah harus “diseberangi”. Kemampuan melampaui segi-segi itu
(niscaya) akan berdampak pada tumbuhnya sikap-sikap religiusindividu maupun
masyarakat yang lebih sejalan dengan makna dan maksud hakiki ajaran agama.
Dalam cerpen Dewan Togel ada unsure
religius yang dilukiskan oleh pengarangnya, seperti yang diungkapkan dalam
kutipan berikut:
Nang Molog gagéson mesuang asep. Mesuang canang sari.
Suba suwud ngenyit dupa, ia lantas negak masila di arep Pura Prajapati.
Nganutin tata titi panca sembah. Paling simalu asana, nglantur pranayama, puja
Tri Sandhya rumaris mabhakti. Risampun wusan mabhakti nglanturang yoga semadhi.
Terjemahannya:
Nang
Molog cepat-cepat mengeluarkan dupa, mengeluarkan canang sari. Setelah itu
menyalakan dupa. Lalu Ia duduk bersila di depan pura Prajapati. Mengikuti tata
cara panca sembah paling pertama asana, selanjutnya pranayanama, puja tri sandhya
lalu sembahyang. Setelah selesai sembahyang melanjutkan dengan yoga semadhi
Kutipan
di atas menunjukkan adanya unsure religious yang dipaparkan oleh pengarang. Pengarang
menuliskan cerpennya berdasarkan
kenyataan yang terjadi di masyarakat. Khususnya masyarakat Bali. Yang
paling menonjol dilukiskan adalah upacaranya (ritual). Melakukan suatu upacara
merupakan bagian akhir dari tiga kerangka dasar agama Hindu setelah Tatwa dan
Susila. Kutipan di atas menggambarkan tata cara bersembahyang orang yang Bali
yang memang benar dalam kenyataannya memang seperti itu prosesnya. Pertama
pelaksanakan puja tri sadhya, kemudian
melaksanakan panca sembah yang teriri
dari lima tahapan yaitu:
a.
Dengan tangan kosong (sembah
puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran.
b.
Sembahyang dengan bunga, ditujukan
kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya.
c.
Sembahyang dengan kawangen. Bila
tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada
Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu.
d.
Sembahyang dengan bunga atau
kawangen untuk memohon waranugraha.
e.
Sembahyang dengan cakupan tangan
kosong, persis seperti yang pertama.
Inilah yang menandakan bahwa unsure
religius atau agama melekat kuat dalam cerpen tersebut. Selain itu juga
ditekankan tentang keyakinan (sradha) yaitu percaya dengan adanya Tuhan yang
dalam hal ini disimbolkan dengan Ida Bhatari Dhurga (dewi Dhurga) sebagai
manifestasi Tuhan.
3.2. Aspek Magis
Magis
berarti ilmu sihir atau ilmu gaib. Ilmu gaib diyakini dpat menimbulkan kekuatan
gaib sehingga dapat menguasai alam sekitar, termasuk alam pikiran maupun
tingkah laku manusia. Lebih lanjut Koentjaraningrat (1981:234) menyatakan bahwa
dengan ilmu gaib, seseorang bisa mencapai maksud atau keinginan dengan
cara-cara gaib karena dengan cara pengetahuan biasa. Teknologi,atau ilmu
pengetahuan tidak bisa mencapai maksudnya. Kemudian Suteja (1989:138)
menambahkan bahwa magis berhubungan dengan mistik atau kekuatan-kekuatan gaib
terentu, yang irrasional sifatnya untuk mempengaruhi seseorang.
“Yén
Makita sugih tur ngukup buntut, kema nunas nomor ka sétra Gandamayu, pati
kapaica nomor jitu olih déwan togélé!” Imbuh dagangé.
Tangkejut
Nang Molog ningehang tutur dagangé. Prajani ia mayah anggehan. “Péh lemahé jani
buung masang togél. Pocol ngrumus, pocol ngelah angka jitu. Kéwala ada beneh
tutur dagangé. Nyanan lakar mategar nyeraya nangkil ring déwan togél sané
malingga malinggih ring sétra Gandamayu. Nyén nawang ida suéca. Cara sang
Arjuna metapa di Gunung Indrakila polih Panugrahan Panah Pasupati. Iraga
nyeraya di sétra Gandamayu, maan panugrahan angka jitu. Bani nyilihang pipis di
LPD anggon masang togél. Pang taén ngukup liu, tur cukong togélé bangkrut. Ratu
bhataran tiang sané nuénang togél, nyanan wengi tiang jagi nangkil, lédangang
picayang tiang nomer jitu!” Ngamikmik Nang Molog nunas ica sambilanga mentas
ngalih umah.
Terjemahannya:
Kalau ingin kaya dan bisa
menang togel, kesana minta nomor ke Setra
Gandamayu, pasti diberikan nomor jitu oleh dewan togelnya!”tambah
dagangnya. Terkejut Nang Molog
mendengar kata-kata dagang tersebut. Langsung dibayar bonnya
“wah, hari ini tidak jadi pasang togel. Rugi
ngerumus, rugi punya angka jitu. Tetapi ada benarnya kata dagangnya. Nanti akan
nangkil pada dewan togel yang bersemayam di setra Gandamayu. Siapa tau beliau
memberkati. Seperi sang Arjuna bertapa di gunung Indrakila mendapat anugrah
panah sakti. Aku datang ke setra Gandamayu, dapat anugrah nomor jitu. Berani
meminjam uang di LPD pakai pasang togel. Agar pernah menang banyak dan cukong
tgelnya bangkrut. Ratu Bhataraku yang mempunyai togel, nanti malam saya akan nangkil. Sudikah menganugrahkanku nomor
jitu!” komat-kamit Nang moloh minta anugra sambil berjalan mencari rumah.
Berdasarkan
kutipan diatas dijelaskan bahwa Nang Molog yang sudah kehabisan akal
mempercayai kata-kata pedagang yang meyuruhnya meminta nomor di tempat yang
angker. Jika dihubungkan dengan
kenyataan sehari-hari di masyarakat memang benar adanya. Kepercayaan pada
hal-hal yang mistik seperti itu memang masih dipercaya sampai saat ini.
3.3. Aspek Sosial
Kemasyarakatan
Menurut Bussman (dalam Djajasudarma,
1999: 24) aspek (aspectus) adalah pandangan cara melakukan sesuatu.
Menurut Djajasudarma (1999: 26) aspek adalah cara memandang struktur temporal
intern suatu situasi yang dapat berupa keadaan, peristiwa, dan proses. Keadaan
bersifat statis, sedangkan peristiwa bersifat dinamis. Peristiwa dikatakan
dinamis jika dipandang sedang berlangsung (imperaktif). Sosialartinya
kebersamaan yang melekat pada individu
(Soelaeman, 2008: 123). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek social adalah cara pandang suatu situasi, keadaan, dan peristiwa
kebersamann dalam masyarakat. Menurut Soelaeman, 2008: 173) aspek sosial
dibedakan menjadi beberapa bagian yang diuraiakan sebagai berikut.
a.
Budaya
yaitu nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup umumnya dimiliki bersama oleh
anggota suatu masyarakat.
b.
Pedesaan
dan perkotaan yaitu suatu persekutuan hidup permanen pada suatu tempat sifat
yang khas
c.
Ekonomi, meliputi kemiskinan adalah kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di garis kemiskinan apabila
pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Adapun aspek sosial dalam penelitian ini akan difokuskan pada aspek
budaya dan ekonomi. Alasan peneliti memilih masalah budaya dan ekonomi karena
dalam cerpen Dewan Togel karya
I Made Sugianto mengandung aspek sosial budaya dan ekonomi yang paling dominan.
a. Aspek Social Budaya
Sasukat
buin kitip-kitip ada togél, Pan Molog seleg melajah maitung, cara anak
sekolahan sané maan peplajahan Matematika lan Fisika. Ikun ngrumus. Boya ja rumus
phytagoras muang rumus aljabar. Nanging rumus buntut. Dé kénkéné yén tlektekan
solahné cara anak inguh, anak buduh. Dong tegarang pinehang, ada tain cekcek
meglebug orahanga kode alam. Ada cicing magonggang masé orahanga kode alam. Jeg
pokokné di otak Nanang Mologé tuwah kode alam lan angka-angka. Masang buntut
boya ja teka ngojog warung, nanging masang liwat SMS.
Terjemahannya:
Semenjak lagi ada togel, Nang Molog serius
belajar berhitung, seperti anak sekolahan yang mendapat pelajaran matematika
dan fisika. Serius merumus. Bukannya rumus phytagoras dan rumus aljabar. Namun rumus togel. Kadang-kadang jika diperhatikan
tingkahnya seperti orang pusing, orang gila. Coba pikirkan, kotoran cicak jatuh
dikatakan kode alam, ada anjing menggonggong juga dikatakan kode alam. Pokoknya
di kepalanya Nang Molog hanya kode alam dan angka-angka. Memasang togel
bukannya datang menuju warung, namun memasang lewat SMS
Dari
uraian di atas nampak jelas diuraikan bahwa pengarang menuliskan cerita ini
berdasarkan realita yang benar-benar terjadi di masyarakat. Jika dihubungkan
dengan keadaan di masyarakat, sampai saat ini budaya memasang togel ini makin
banyak. Walaupun sudah jelas-jelas dilarang, namun budaya memasang togel ini
tidak kunjung surut. Masih banyak masyarakat secara diam-diam masih menggeluti
pekerjaan ini. Apalagi saat ini sudah didukung dengan teknologi yang canggih
seperti handphone Masyarakat bisa
lebih mudah melakukan kegiatan tersebut secara rahasia. Sehingga budaya judi
togel ini sulit dimusnahkan.
b.
Aspek
social-ekonomi
Yén étang-étang uli ilu, liu suba pipisné Nang Molog
telah anggona ngulurin kita. Memotoh, meceki muah kiu-kiu. Né janian, ia demen
ngutak-ngatik angka mistik. Masang buntut. Raos janiné toto gelap, kasingkat
togél. Kenehné kadaut masang buntut sawiréh ukupanné gedé. Masang siu rupiah,
yén tembus duang angka maan ukupan nem dasa tali rupiah. Tembus telung angka,
maan ukupan telung atus séket tali rupiah. Tembus petang angka, maan ukupan
duang yuta limang atus tali rupiah.
Terjemahan:
Jika dipilah-pilah
dari dulu, banyak sudah uangnya Nang Molog habis digunkan untuk menyenangkan
diri. Sabung ayam, berjudi dan
bermain kartu . sekarang, Ia suka negutak-atik angka
mistik. Memasang buntut. Istilah
sekarang toto gelap, disingkat togel. Rasanya tertarik memasang togel karena
hasilnya besar. Memasang seribu rupiah, jika benar dua angka dapat hasil enam
puluh ribu rupiah. Tembus tiga angka, dapat hasil tiga rstus lima puluh ribu
rupiah. Tembus empat angka, dapat hasil dua juta lima ratus ribu rupiah.
Dari kutipan tersebut dengan jelas diuraikan
bahwa dari segi ekonomi, pendapatan yang
bisa dihasilkan oleh Nang Molog jika benar menebak angka sangat besar bahkan
melebihi penghasilannya pada umumnya. Karena iming-iming itulah Nang Molog
sampai rela belajar merumus angka demi meningkatkan perekonomian keluargaya
dari judi. Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, togel memang dapat
meningkatkan perekonomian jika beruntung. Dari pengeluaran yang sangat minimal
bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Maka dari itu pengarang mencoba
menggambarkan kenyataan yang ada di masyarakat. Di Bali khususnya, togel memang
menjadi jalan alternative untuk mencari penghasilan lebih. Dalam kenyataannya
banyak contoh di masyarakat yang sukses menjalankan togel walaupun dengan cara
adu nasib atau untung-untungan. Tidak jarang pula kita mendengar ada masyarakat
dari kalangan ekonomi ke bawah menjadi kaya mendadak karena menang togel.
BAB IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Simpulan
Berdasarkan analisis dan uraian di
depan, dapat disimpulkan bawa cerpen Dewan Togel yang dikarang oleh I Made
Sugianto adalah cerpen yang memiliki kelebihan tersendiri yang ditandai dengan
berbagai aspek yang mendukung baik itu dibidang agama, mistik maupun kehidupan
social budaya. Dalam cerpen tersebut pengarang memberikan nuansa berbeda pada ending cerpen yaitu akhir yang konyol
namun menghibur. Bahasa yang digunakan juga mudah untuk dicerna oleh pembaca.
1. Insiden dalam cerpen tersebut dibuat dengan
wajar berdasarkan kejadian yang ada di masyarakat dan kemudian dikembangkan
lagi sehingga menimbulkan insiden-insiden baru yang turut mendukung jalannya
cerita.
2. Alur yang digunakan dalam cerpen Dewan Togel
adalah alur maju, sehingga cerita ini tidak terlalu rumit untuk diketahui jalan
ceritanya.
3. Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam cerpen
tersebut ada empat orang yaitu Nang
Molog sebagai pelaku utama, kemudian Men Molog yang menjadi pemeran Kedua, Luh
Jembung sebagai pelaku pelengkap, dan Celuluk Bergolo yang muncul pada akhir
cerita.
4. Latar yang digunakan dalam cerpen tersebut
meliputi latar tempat, latar waktu dan suasana. Untuk latar tempat mengambil
tempat secara umum di desa Buung Kalah sedangkan untuk lebih mendetail
mengambil tempat di ruang tamu, bale daja,
warung dan kuburan (pura Prajapati). Untuk latar waktu yang banyak dibicarakan
adalah pada pagi hari, dan malam hari. Suasana yang terasa dalam cerpen
tersebut adalah menegangkan. Puncak ketegangan adalah saat Nang Molog terkejut
melihat celuluk berdiri di hadapannya.
5. Tema yang diangkat dalam Cerpen Dewan Togel
pada intinya adalah tentang social budaya.
6. Amanat dalam cerpen tersebut adalah jangan
mencari kekayaan dengan cara berjudi karena sampai kapanpun tidak aka nada
orang yang sukses jika berjudi.
7. Aspek sosiologi dalam cerpen tersebut meliputi
tiga aspek yaitu aspek agama atau religious, aspek magis dan social-ekonomi
4.2. Saran
Analisis terhadap cerpen Dewan Togel ini
merupakan tahap awal penulis dalam mendalami suatu karya sastra dan tentunya
masih jauh dari kata sempurna. Penulis mohon agar untuk kedepannya lebih banyak
lagi berlatih menganalisis suatu karya sastra karena masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam analisis ini yang perlu mendapat perhatian penuh dari semua
pihak misalnya pendekatan-pendekatan sastra dan lain-lain yang terkandung dalam
cerpen ini dapat diterima oleh pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mandasari Apriliana. 2007. “Novel Gita Ning Nusa Alit". Denpasar.
Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Sukada, Made. 1987. “Beberapa Aspek tentang Sastra”. Denpasar. Kayu Mas
dan Yayasan Ilmu Seni Lesiba.
Anandakusuma, Sri Reshi. 1968. “Kamus Bahasa Bali” . CV. Kayumas Agung .
Bali Post minggu, 31 Oktober 2010
DEWAN TOGEL
Yén étang-étang uli ilu, liu
suba pipisné Nang Molog telah anggona ngulurin kita. Memotoh, meceki muah
kiu-kiu. Né janian, ia demen ngutak-ngatik angka mistik. Masang buntut. Raos
janiné toto gelap, kasingkat togél. Kenehné kadaut masang buntut sawiréh
ukupanné gedé. Masang siu rupiah, yén tembus duang angka maan ukupan nem dasa
tali rupiah. Tembus telung angka, maan ukupan telung atus séket tali rupiah.
Tembus petang angka, maan ukupan duang yuta limang atus tali rupiah.
Sasukat buin kitip-kitip ada
togél, Pan Molog seleg melajah maitung, cara anak sekolahan sané maan
peplajahan Matematika lan Fisika. Ikun ngrumus. Boya ja rumus phytagoras muang
rumus aljabar. Nanging rumus buntut. Dé kénkéné yén tlektekan solahné cara anak
inguh, anak buduh. Dong tegarang pinehang, ada tain cekcek meglebug orahanga
kode alam. Ada cicing magonggang masé orahanga kode alam. Jeg pokokné di otak
Nanang Mologé tuwah kode alam lan angka-angka. Masang buntut boya ja teka
ngojog warung, nanging masang liwat SMS.
Sasukat muduhin ngrumus
togél, sewai dingeh tiang Nang Molog mauyutan ajak kurenanné. Kabenengan tiang
mapisaga ngajak Nang Molog. Ané sanget dadi biuta, pamekasné manut tuturné Mén
Molog, ban bikas kurenanné ané kiul magarapan ka carik. Pragat natakin jagut di
kamar tamiu tur seleg ngrumus ngajak timpal-timpalné ané patuh paturu ngalih
kasugihan ulian ipian. Sujatinné Nang Molog ajak timpal-timpalné tusing taén
ngukup. Nomorné setata maimpas.
“Nomer sakit gedé, satu suba
kuat, tujuh bakat matiang, jeg ékor pitu ngenah. Padahal rumusé suba nyak anut!”
Nang Molog bangras, nomorné maimpas.
“Dija-dija satu ajak tujuhé
kuat, Bli. To mainang mara cager!” Saut Mén Molog uli di gerombongné.
“Menepan bunguté, nyai
tusing nawang urusan nak muani. Satu ajak tujuh kuat, jeg setata raosné
ngémpélin!” Nang Molog nyautin sambilanga nyemak pulpén pacang nglanturang
ngrumus.
“Bli, SD gén tusing tamat,
jeg masé masebeng duwug ngrumus. Cén buktiné ukupan beliné. Kudang pipis suba
telah anggon ngulurang sang kita. Cén sekaya uli memotoh, ba mabukti pragat
nelahang. Carik suba ilang, pabeliné pragat punduhang cukong togélé. Sadar Bli.
Suwud memotoh. Kadén suba orina ajak Pak Mangku Pastika, mamotoh ento melanggar
pasal 303. Nyanan bisa mapenjara, Bli!”
“Mendepan bungut nyainé. Jeg
cara céngcéng kebés mepeta. Yén nyai suba sing suka ngajak bli, megedi nya uli
dini. Bli sing jejeh cerai, nu liu ada nak balu ngugu bli!” Nang Molog mamanes
nyautin munyin kurenanné.
“Apang tawang nah, anak mapenjara ento melah.
To tolih Nang Kocong ajak pianakné pesu uli penjara ngamokohan. To cihna di
penjara hidupé majamin!” Imbuh Nang Molog.
“Kéwéh ngomong ngajak bli. Nyén di guminé kodag mapenjara, yén sing anak buduh!” Mén Molog sing nyak kalah matungkas.
“Kéwéh ngomong ngajak bli. Nyén di guminé kodag mapenjara, yén sing anak buduh!” Mén Molog sing nyak kalah matungkas.
“Dingehang melah-melah nah.
Jani anak megarang bebotoh togélé nagih mapenjara. Sawiréh idupné ngluwungan.
Né satuané Nang Kocong. Dugas juk polisi, ada anak bani ngantinin ia mapenjara.
Cukong togélé mesuang pipis selaé yuta anggon pesalin. Buina kulawargané
sawilang redité maan uang dapur limang atus tali. Amat liang atiné mapenjara.
Di bui man nasi, liu nyama nelokin tur ngabaang dedaran jaen-jaen. Pianak lan
somah jumah masé idupné melah sawiréh bos togélé ngajih limang atus tali a
minggu. I raga ané mabui masé man pipis selaé yuta. Pesu uli penjara sinah
ngidang menahin kubu. Dong tolih, idupné Nang Kocong sasukat dadi pengepul
togél. Umahné luung, ngrénéb cara naga banda!” Tutur Nang Molog dawa.
“Tiang sing ja angob, Bli.
Sugih baan mamotoh tusing langgeng. Idupné sing tenang sawiréh uber dosa. Uber
pak polisi. Bisa-bisa mati di bui!”
“Wé suud nyai mapeta. Da
cang banga tutur. Tutur jani suba luntur. Widhi suba jani megedi. Menang majudi
idupé lakarang happy!”
“Bogbog!”
“Men tusing precaya megedi
nyai uli dini. Mekad! Nyeb cang nepukin nyai lebian munyi. Lan uli jani
tentuang idupé pedidi. Cang sing nyeh cerai ngajak nyai. Nu liu nak ngugu bli,
nak bajang muang nak balu makejang nu dot ngajak bli. Med cang masomahan ngajak
nyai ané suba péyot. Jemak panganggoné, megedi!”
Mén Molog ané man munyi
pesak-pesak uli muaninné ngabrés ngambul. Yéh paninggalané macécéh ngamengmeng
naanang sebet. Malaib ka balé daja, munduhang panganggo. Tusing buin makeloné
Mén Molog magedi uli jumah muaninné.
“Keciwa tiang ngayahin bli
uli pidan. Nganti ngutang rerama ajak sanggah tiang nugtug bli ulian tresna. Ne
jani sing mabukti janji-janji bliné, lén pidan lén masé ané jani. Jangkutin ba
togélé. Muani tusing matanggungjawab. Pragat majudi!” Mén Molog ngamélmél
magedi uli jumah muaninné.
“Mekadang iban nyainé. Luh
liunan munyi. Buktiang mani nah, déwan togélé kal mabéla pati ngajak bli. Buin
mani bli dadi anak sugih ulian liu ngukup togél. Sesanginé eli lakar buin
ngantén apang iluh tetep balu maimbuh sing payu. Mulihang iban nyainé, kurenan
tusing mendukung geginan somah. Mekad!” Nang Molog cegik-cegik nundung
kurenanné.
Semengan mara bangun Nang
Molog marasa kéweh. Biasané kopi lan nasi bubuh anggon panyemeng suba sadia. Né
jani kasurya, mamuyung, tusing ada apa. Makeneh ngaé yéh panes anggon nyeduh
kopi, gulané telah. Makita mubuh, mara malin gebeh, baasné telah. Nang Molog
nyiksik bulu. Mabekel limang tali rupiah, ia laut ngojog warung Luh Jembung. Di
warung, ia laut mesen kopi, roko lan bubuh atékor. Disubané suud madaran, Nang
Molog maekin dagangé tur kemik-kemik.
“Diolas Luh, bang ja icang
nganggeh. Bli tuah ngaba pipis limang tali rupiah. Yén né anggon bli mabayahan,
nyanan bli tusing ngidang masang togél. Petengé jani bli pasti ngukup. Bli
ngelah nomor jitu ulian ngipi rauhin leluhur,” pangidih Nang Molog tekén
dagangé.
“Péh né bli sajan nak muani
jail. Yén ngelah pipis, bayah malu anggehané. Bli suba liu ngelah utang dini.
Kema ditu di tongos bliné masang togél tegarang nganggeh!” Dagangé nuturin Nang
Molog.
“Cukong togélé demit, sing
baanga naké nganggeh. Ento makrana bli mai mablanja sawiréh juari krana iluh
ngemang langgananné nganggeh!”
“Cutetné tiang tusing
ngemang buin bli nganggeh dini. Utang ané pidan-pidan tondén masé mabayah.
Sabilang tagih pragat Kintamani–Pupuan. Buin mani buin puan. Uli jani tiang
sing ngugu bli. Bayah malu anggehané!” Dagangé galak, ngopak Nang Molog.
“Ngidih olas, Luh. Kleteg
bliné, lemahé jani beli pasti ngukup. Yén tembus pat angka, nyanan utang bliné
makejang kalunasin tur maimbuh mayah bunga. Precaya ja, Luh!”
“Pasti ngukup, tiang jeg
sangsi. Yén ngukupan kurenané tiang ngugu, ngukup togél joh para. Buina tiang
ngorin bli, togélé ento ngrusak. Bisa-bisa ngaé maiegan ngajak kurenan.
Bilih-bilih, togél ento marupa judi, babotohé bisa mahukum penjara limang tiban
kena pasal 303 KUHP. Suwud nyemak gaé boya-boya, Bli! Luwungan bayah utangé,”
tuturné.
“Diolas Luh, bang ja bli
nganggeh, pang payu gén masang togél.”
“Sing dadi!” Saut dagangé
bangras.
“Yén Makita sugih tur ngukup
buntut, kema nunas nomor ka sétra Gandamayu, pati kapaica nomor jitu olih déwan
togélé!” Imbuh dagangé.
Tangkejut Nang Molog
ningehang tutur dagangé. Prajani ia mayah anggehan. “Péh lemahé jani buung
masang togél. Pocol ngrumus, pocol ngelah angka jitu. Kéwala ada beneh tutur
dagangé. Nyanan lakar mategar nyeraya nangkil ring déwan togél sané malingga
malinggih ring sétra Gandamayu. Nyén nawang ida suéca. Cara sang Arjuna metapa
di Gunung Indrakila polih Panugrahan Panah Pasupati. Iraga nyeraya di sétra
Gandamayu, maan panugrahan angka jitu. Bani nyilihang pipis di LPD anggon
masang togél. Pang taén ngukup liu, tur cukong togélé bangkrut. Ratu bhataran
tiang sané nuénang togél, nyanan wengi tiang jagi nangkil, lédangang picayang
tiang nomer jitu!” Ngamikmik Nang Molog nunas ica sambilanga mentas ngalih
umah.
Surya sampun surub ring
pakolemané. Sanja kagentos peteng. Nang Molog mataki-taki jagi nangkil ka Pura
Prajapati. Nangkil ring sang nuénang sétra pacang nunas nomer jitu. Kabenengan
nuju tilem ngaé guminé srebi. Yadiastun peteng, Nang Molog tusing makirig nyang
atapak. Ia tetep majalan nuluh peteng. Sawatara majalan suba duang kilo, neked
ia di tongos ané katuju. Sétra Gandamayu, Désa Pakraman Buung Kalah.
Nang Molog gagéson mesuang
asep. Mesuang canang sari. Suba suwud ngenyit dupa, ia lantas negak masila di
arep Pura Prajapati. Nganutin tata titi panca sembah. Paling simalu asana,
nglantur pranayama, puja Tri Sandhya rumaris mabhakti. Risampun wusan mabhakti
nglanturang yoga semadhi.
Tondén limang menit, Nang Molog tangkejut. Di arepné
malejer Celuluk, réncang Ida Bhatari Dhurga.
“Manusa, apa kal alih mai mameteng buina magagapan laklak
pikang?” Celuluk punika matakén.
“Nawegang, sira iring tiang mabaosan? Uleng tiang jagi mabaosan ngiring ida sasuhunan sané malingga malinggih,
maparahyangan driki ring Pura Prajapati. Men sapa sira ragané ngoda tapa
semadhin tiang?” Nang Molog ngwanénang déwék matakon.
“Nah pang tusing kamer,
ingong ané kautus olih Ida Bhatari Dhurga nyapa sakadi pangrauh anaké sané
nyeraya. Ingong biasa kaukiné Celuluk Bergolo. Men-men apa kal tunas ring ida
bhatari?”
“Tiang nangkil jagi nunas
nomor jitu. Apang naenin ngukup togél. Kadirasa sekayan tiangé magaé sampun
telas anggon ngetohin nomer. Bilih-bilih carik warisan kulawarga sampun taler
telas saplar bakat adep. Icén ja tiang nomor jitu apang mawali carik-carik sané
sampun adol tiang. Lugrayang-lugrayang pica ida bhatari mangdané panjaké nénten
malih kabrebehan!”
“Wong édan. Jlema buduh. Mai
nagih nomer, sinah ba keliru. Tlektekang jep!” Raosné Celuluk Bergolo sinambi
ngusud sirahné sané tan parambut.
“Napi tlektekang tiang, Ratu?”
“Né tolih tendas ingongé,
nganti sing misi bulu, kedas lengar ulian ngrumus togél, patuh masé tusing taén
ngukup. Ingong masé strés sing taén ngukup!”
SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA ANKA YANG DIBERIKAN OLEH MBAH SIGIT TERNYATA TEMBUS,AWALNYA SAYA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA MBAH SIGIT,,ALHAMDULILLAH MBAH SIGIT TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANKA YG DIBERIKAN MBAH SIGIT,ITU ITU SAYA KALI 100 LEMBAR DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL,SESEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA MBAH,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK MBAH SIGIT,JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI MBAH SIGIT. DI ‘’0853 2290 3889’’ ///////
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
HapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
http://mistikangkatogel.blogspot.com/
BalasHapusSaya sangat berterimah kasih banyak kepada MBAH GINI atas bantuannya saya bisa menang togel,saya benar2 tidak percaya dan hampir pinsang karna anka yang di berikan MBAH 4695 ternyata tembus..!!! awalnya saya cuma coba2 menelpon,saya bilang saya terlantar di propensi sumatra dan tidak ada onkos pulang,mulanya saya ragu tapi dengan penuh pengharapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH berhasil,sekali lagi makasih banyak yaa MBAH dan saya tidak akan lupa bantuan dan budi baik MBAH GINI ,bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HBG 082 326 326 769 MBAH GINI. Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.INGAT…kesempatan tidak akan datang untuk ke 2 kaliny
BalasHapus